!-- SCM Music Player http://scmplayer.net --> expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

ASRAMA

ASRAMA
WELCOME!!! Haloo semuanya... Makasi udah mau mampir di blog ini. Nama blog? Kalian pasti tanya-tanya apa sih artinya Asrama? Kenapa blog ini namanya Asrama? Jadi gini nihhh,, Asrama itu sebenernya singkatan dari "Apalah Arti Sebuah Nama yang Penting Kita Bersama". Hehehe Kenapa kita namain seperti itu? Karna tujuan blog ini adalah kebersamaan. Bersama berbagi informasi, pengetahuan dan kasih sayang. Intinya, ntah siapapun nama kita, darimanapun budaya kita, yang penting kita bersama :)

Senin, 27 April 2015

Human Socialities

1.  Socialization

1.1 Pengaruh keturunan
Studi Idenik kembar: Tes kecerdasaan menunjukkan bahwa skor yang sama ketika anak kembar dibesarkan terpisah dalam pengaturan sosial kira-kira mirip dan skor sangat berbeda ketika kembar dibesarkan terpisah dalam pengaturan sosial secara dramatis berbeda.

1.2 The Self and Socialization
Pendekatan Sosiologi Diri
 Freud
Diri adalah produk social. Kepribadian dipengaruhi oleh orang lain (terutama orang tua)
-       Piaget
menekankan tahapan manusia maju sebagai berkembangnya diri seseorang. Teori kognitif pembangunan mengidentifikasi 4 tahap dalam perkembangan proses berfikir anak-anak. Kunci interaksi social untuk perkembangan

1.3  Socialization and the Life Course
 Ritus of Passage : Sarana mendramatisir dan mamvalidasi perubahan status seseorang
 Anticipatory Socialization : Proses sosialisasi dimana seseorang berlatih pekerjaan masa depan dan hubungan sosial.
 Resocialization : Proses membuang pola perilaku lama dan menerima yang baru sebagai transisi dalam kehidupan seseorang.
 Total institution : Lembaga penjara, militer, rumah sakit jiwa, atau biara yang mengatur semua aspek kehidupan seseorang.
1.4   Agents of Socialization
 Keluarga, sekolah, teman Sebaya


2.  Social Interaction

2.1 Social Interaction and Reality
Tanggapan seseorang pada perilaku seseorang didasarkan pada tindakannya. Kemampuan untuk mendefinisikan realitas sosial mencerminkan kekuatan kelompok dalam masyarakat.

2.2 Elements of Social Stucture
  Status
Status : mengacu pada salah satu posisi yang mendefinisikan secara sosial dalam suatu masyarakat.
 Ascribed Status : Status yang didapatkan dari lahir.
 Achieved Status : Status yang didapatkan setelah menjalani kehidupan
  Social Network 
 Social network : serangkaian hubungan sosial yang menghubungkan orang langsung kepada orang lain, dan secara tidak langsung menghubungkan kepada lebih banyak orang
·         Jaringan: keterlibatan dalam jaringan sosial; keterampilan berharga ketika berburu pekerjaan

 3.  Social Mobility

3.1  Social Mobility : Gerakan individu atau kelompok dari satu posisi dalam sistem stratifikasi masyarakat yang lain.
Types of Social Mobility :
·         Horizontal Mobility : Gerakan dalam kisaran prestise yang sama
·         Vertical Mobility : Perpindahan dari satu posisi ke posisi yang lain atau dari peringkat yang berbeda.
·         Integrational Mobility : Perubahan posisi sosial dalam kehidupan dewasa seseorang.


Refrensi :

Power Point Binus Maya Human Socialities : Socialization, Social Interaction, and Social Mobility diunduh pada tanggal 25 April 2015


Groups, Familie and Communities

1. Groups
Group (kelompok) adalah sejumlah orang yang memiliki kesamaan norma-norma, nilai-nilai, dan harapan yang berinteraksi secara teratur.

1.1 Primary Group
Kelompok kecil dengan intimasi, face-to-face association dan kerja sama.

1.2 secondary group
 formal, kelompok-kelompok impersonal dengan sedikit keintiman sosial atau saling pengertian.
       
gambar 1.1 Groups

     
 


2. Keluarga 
Keluarga adalah orang yang berhubungan dengan darah, perkawinan, atau lainnya yang disepakati hubungan, atau adopsi yang berbagi tanggung jawab utama untuk reproduksi dan merawat anggota masyarakat.
gambar 2.1 Keluarga





 3.Communities (Komunitas)
  Tipe-Tipe Komunitas:

3.1 Central Cities (Kota)
 isu yang ada di kota yaitu, kejahatan, polusi, sekolah, transportasi yang tidak memadai.

3.2  Suburbs (Pinggiran Kota)
 setiap komunitas dekat kota besar. Tiga factor yang membedakan pinggiran kota dengan kota : kurang padat dari kota, ruang pribadi, kode bangunan yang lebih menuntut.

3.3  Rural Communities (Masyarakat Perdesaan)
 Seperempat dari penduduk tinggal di kota-kota 2.500 orang atau kurang yang tidak berdekatan dengan kota. Pertanian hanya menyumbang 9% dari tenaga kerja di negara non-urban.


Refrensi :


  1. Pengertian definisi kelompok. (online). Tersedia: http://carapedia.com/pengertian_definisi_kelompok_info2162.html
  2. Motivasi keluarga soleha. (online). Tersedia: http://www.bikinsemangat.com/motivasi-hidup-keluarga-sholeh.html
  3. Powerpoint binus maya Human Organization Groups, Families, Communities, Cities, and States. Tahun 2015.



    
      

Knowledge, Intelligence, Affection, and Freedom

1. Knowledge 
Pengetahuan tidak bisa dipandang seperti memandang suatu objek yang terdapat di disana, di depan subjek, yang dapat dijangkau oleh tangan manusia. Permasalahan kritis di sini adalah kompleksitas pengetahuan manusia yang sulit dijangkau secara lengkap, utuh, dan paripurna oleh budi manusia yang terbatas.

1.1 Pengetahuan Indrawi Batin
Indrawi batin adalah ketika menampakan dirinya kepada orang dengan ingatan khayalan, baik mengenai apa yang tidak ada lagi aau yang belum pernah ada maupun yang terdapat diluar jangkauannya.   

 1.2 `  Pengetahuan  perseptif
 Penngetahuan perseptif adalah muncul secara spontan, memungkinkan orang untuk menyesuaikan dirinya secara langsung dengan situasi yang disajikan. Pengetahuan dalam arti ini lebih menyatakan dirinya melalui gerakan tangan, tingkah laku, gerakan-gerakan, sikap-sikap, tindakan, serta jerit teriakan, daripada dengan perkataan yang dipikirkan atau dengan keterangan yang jelas.

1.3 Pengetahuan refleksif
Pengetahuan refleksi adalah  ketika pengetahuan itu membuat objektif kodrat dari suatu realitas apa pun juga. Pengungkapannya baik dalam bentuk ide, konsep, definisi, serta putusan-putusan maupun dalam bentuk lambang, mitos, atau karya-karya seni.

1.4 Pengetahuan diskursif

Pengetahuan ini memperhatikan suatu aspek dari benda kemudian suatu aspek yang lain, ketika pengetahuan itu pergi dan datang dari keseluruhan ke bagian-bagian, dan dari bagian-bagian ke keseluruhan. Pengetahuan dalam arti ini lebih menampakkan diri sebagai sesuatu yang datang dari sebab ke akibat dan dari akibat ke sebab, dari prinsip ke konsekuensi dan dari konsekuensi ke prinsip, dan sebagainya. 

1.5 Pengetahuan Intuitif 
Pengetahuan menangkap atau memahami secara langsung benda atau situasi dalam salah satu aspeknya, keseluruhan dalam satu bagian, sebab dalam akibat konsekuensi dalam prinsip, dan sebagainya.

1.6 Jenis-jenis Pengetahuan
a) Induktif adalah bila menarik yang universal dari yang individu.
b) Deduktif adalah bila menarik yang inividual dari yang universal.
c) kontemplatif adalah bila mempertimbangkan benda-benda dalam dirinya dan untuk dirinya sendiri.
d) Spekulatif adalah bila mempertimbangkan benda-benda dalam bayang-bayang dan ide-ide, atau konsep-konsep tentang benda-benda itu.


2. Inteligensi 
Kegiatan dari suatu organisme dalam meneysuaikan diri dengan situasi-situasi, dengan menggunakan kombinasi fungsi-fungsi seperti persepsi, ingatan, konseptual abstraksi, imajinasi, atensi, dan konsentrasi. Inteligensi memiliki tahap-tahapan, yaitu:

2.1 Pengetahuan Tahap  Intelektif
PEngetahuan yang paling rendah atau yang paling sederhana adalah penglihatan atau penanggapan (persepsi). Kegiatan intelektif pada rendah atau sederhana ini umunya digerakkan secara tidak sadar dan prareflektif. persepsi ini, misalnya tampak pada refleksi spontan, prasadar, dan prapribadi.

2.2 Pengetahuan Tahap intelektif
pengetahuan aprehensi (penampakan) yaitu bentuk pengetahuan di mana sudah terdapat kesadaran. meskipun subjek menerima apa yang terjadi pada dirinya secara pasif tanpa diinginkaya.

2.3 Pengetahuan Tahap Insight
Penangkapan intelektual secara mendadak mengenai objek. Melalui tahap ini inteligensi manusia tidak hanya menyadari secara pasif apa yang terjadi. Insight diverifikasikan diterangkan dengan logis dan ilmiah.

2.4 Pengetahuan Tahap Diskursif
Tahap pengetahuan yang semakin kompleks karena berlari ke berbagai arah melalui induksi, deduksi, refleksi, subjektif-objektif, dan sebagainya.


3. Afeksivitas
afektivitas membuat manusia berada secara aktif dalam dunianya serta berpartisipasi dengan orang lain dan dengan peristiwa-peristiwa dunianya. Melalui peranan afektivitaslah, manusia tergerakkan hatinya, keinginannya, dan perasaannya atau ketertarikannya untuk mengamati, mempelajari, dan mengembangkan pengada-pengada aktual di sekitarnya menjadi bagian dari proses keberadaannya. Afektivitas tidak sama dengan pengetahuan, namun menjadi penggerak atau penyebab dan sekaligus akibat dari proses pengetahuan. Cinta (disebut afektivitas positif) atau benci (disebut afektivitas negatif) dapat menjadi dasar penentuan bagi suatu tindakan kognitif. Hal ini tentunya dilakukan melalui suatu dasar penempatan diri yang jelas. Perbuatan afektif mengarahkan manusia untuk dunianya dan membuat manusia berada secara lebih langsung dan lebih intensif bersama dengan hal-hal lain, jadi sejauh lebih bersifat eksistensial. Melalui ini tindakan afektivitas memberikan dasar atau prinsip nilai bagi suatu proses kognitif. Pengalaman-pengalaman afektivitas justru menjadi syarat yang sangat menentukan bagi proses inteligensi manusia. Jadi, untuk mencapai afektivitas, subjek harus berada dalam kondisi dimana subjek akan melahirkan kegiatan afektif. Adapun kondisi-kondisi tersebut ialah:
3.1  Pertama, antara subjek dan objek harus ada ikatan kesamaan atau kesatuan itu sendiri, karena ketika tidak ada kesamaan maka tidak akan ada afektivitas. Sebagai contoh ketika kita berhubungan dengan sebuah objek maka dalam diri objek terdapat sesuatu yang membuat kita tertarik atau menjauhinya, sesuatu yang ada pada diri objek pasti juga ada dalam diri subjek yang akhirnya akan menimbulkan kegiatan afektif baik menerima atau menolak.

3.2 Kedua, nilai (baik dan buruk), dalam kondisi ini, ketika objek dipandang memiliki sebuah nilai maka subjek akan melahirkan kegiatan afektif, karena afektivitas itu sendiri adalah berdasar pada kecintaan akan sesuatu maka subjek pada akhirnya akan melahirkan kegiatan afektif untuk menolak atau menerima.

3.3 Ketiga, sifat dasariah dan kecenderungan kognitif, pada kondisi ini subjek akan dalam melakukan sebuah afektif harus ditunjang dengan sebuah sifat dasariah yang akan mendorong dia untuk lebih cenderung, selera, berkeinginan akan sesuatu yang pada akhirnya akan menimbulkan kegiatan afektif yang ternyata memang sesuai dengan sifat dasariah tersebut.

3.4  Keempat, mengenal adalah kausa dari afektivitas. Dalam proses mengenal subjek akan mengalami kondisi dimana dia harus berusaha mendefinisikan objek yang akan dikenalinya dan ketika definisi tentang objek tersebut telah tercapai maka pada akhirnya akan lahir sebuah keputusan afektif apakah dia harus menyerang, mencintai, mempertahankan diri atau yang lainnya.

3.5  Kelima, imajinasi. Untuk menimbulkan kegiatan afektif maka imajinasi dapat menjadi sebuah pendorong, semangat, mempengaruhi bahkan membohongi. Pengetahuan pertama (baik dari pengalaman atau informasi dari pengenalan) akan melahirkan sebuah deskripsi awal tentang objek, maka dalam kondisi ini subjek akan dipengaruhi untuk bertindak seperti apa yang ia dapat pada pengalaman-pengalaman dan imajinasi yang dia dapatkan terdahulu.


4. Kebebasaan
 Kata kebebasan sering diartikan sebagai suatu keadaan tiadanya penghalang, paksaan, beban atau kewajiban. Seorang manusia disebut bebas kalau perbuatannya tidak mungkin dapat dipaksakan atau ditentukan dari luar. Manusia yang bebas adalah manusia yang memiliki secara sendiri perbuatan-perbuatannya. Kebebasan adalah suatu kondisi tiadanya paksaan pada aktivitas saya. Manusia disebut bebas kalau dia sungguh-sungguh mengambil inisiatif dan bertanggung jawab atas perbuatannya. Dengan demikian kata bebas menunjuk kepada manusia sendiri yang mempunyai kemungkinan untuk memberi arah dan isi kepada perbuatannya.  Hal itu juga berarti bahwa kebebasan mempunyai kaitan yang erat dengan kemampuan internal definitif penentuan diri, pengendalian diri, pengaturan diri dan pengarahan diri.

4.1 “Freedom is self-determination” berdasarkan pengertian itu dapat dikatakan bahwa kebebasan merupakan sesuatu sifat atau ciri khas perbuatan dan kelakuan yang hanya terdapat dalam manusia dan bukan pada binatang atau benda-benda. Kebebasan yang nampak secara sekilas dalam binatang-binatang pada dasarnya bukan kebebasan sejati. Mereka dapat menggerakkan tubuhnya ke mana saja, tetapi semuanya itu sebenarnya bukan berasal dari diri binatang itu sendiri. Gerakan binatang bukanlah hasil dorongan internal diri binatang. Kebebasan mereka adalah kebebasan sebagai produk dorongan-dorongan instingtualnya. Dengan istilah instingtual dimaksudkan tidak adanya peran akal budi dan kehendak. Dalam arti itu sebenarnya di dalam diri binatang-binatang tidak  ada kebebasan.


Refrensi :


 Powerpoint Binus Maya Human Philosophical Reflections 2: Knowledge, Intelligence, Affection, and Freedom



Senin, 06 April 2015

Greece and Rome Philosophy, Changing Concepts of the Body, and the Games


1. Yunani (Greece)

1.1 Pengaruh Yunani
Yunani mengembangkan banyak kepercayaan dunia Barat tentang tubuh dan pendidikan jasmani. Kemungkinan dengan Yahudi dan pengaruh Phoenician. Dua sistem metafisik di Yunani:


a) Naturalistik: kodrat manusia adalah baik spiritual dan jasmani (fisik), pendidikan jasmani dan intelektual ditekankan.
b) Anti-naturalistik: kodrat manusia diciptakan oleh pikiran dijunjung tinggi dari tubuh, Pendidikan jasmani tidak diperlukan.

1.2 Posisi filosofis: Tubuh
dualisme
Penjelasan eksistensi manusia berdasarkan kedua keyakinan metafisik dan teologis. Socrates dan Plato memiliki implikasi besar bagi pendidikan jasmani, memisahkan eksistensi manusia menjadi dua bagian yaitu pikiran dan tubuh. Kebanyakan dualis percaya sangat penting untuk mengembangkan kemampuan intelektual atas fisik. Tubuh adalah musuh pikiran, hanya dalam kematian pikiran yang benar-benar bebas dari tubuh berpotensi merusak untuk tampilan pendidikan jasmani.

1.3 klasik Humanisme
Manusia-kesejahteraan individu paling penting adalah tubuh. Dewa-dewa Yunani menganggap manusia sebagai ideal antropomorphis yang digambarkan memiliki tubuh luar biasa (Zeus, Apollo, Athena, dll) orang-orang Yunani ingin menyerupai dewa-dewa mereka dan berusaha untuk melatih dan mengembangkan tubuh.

1.4 Greek Ideals: Arete dan Agon
Ide yang beresonansi dengan setiap Yunani yang paling mirip dewa ketika berjuang dan bersaing untuk keunggulan, cita-cita Yunani adalah baik sarjana-atlet-prajurit.
a) Arete
Arete hanya ketika individu berjuang mereka yang berpikir bahwa mereka telah mencapai hal itu telah disahkan menjadi keangkuhan (kebanggaan berlebihan). Arete tidak terbatas pada atlet yang akan diberikan pada publik hamba, penyair, filsuf, dan tentara.
b) Agon
Homer direferensikan sebagai tempat pertemuan di mana atletik diadakan
Diperluas dari kompetisi atletik Termasuk dalam kompetisi musik, puisi, berbicara di depan umum dan acara lainnya. Berkembang menjadi agonis jangka (kompetitif) dan menjadi terkait dengan proses (penderitaan) mempersiapkan untuk kompetisi apapun.

1.5 Athena dan Sparta: A Tale of Two City-States
Yunani terdiri dari negara-kota tidak politik yang bersatu. Athena dan Sparta yang paling terkenal,  sangat kontras budayanya.
a) Athena: pusat kebudayaan dan pembelajaran.
b) Sparta: kekuatan militer dengan prajurit-warga.


2. Rome 

2.1 Etruria
Aturan Etruscan: sekitar 600 SM untuk 509 SM Tinggal di North Central Italia Para sarjana tidak setuju pada di mana mereka berasal Arkeologi menemukan makam pemakaman 1958: penemuan makam yang berisi lukisan rumit yang menggambarkan berbagai adegan olahraga Dikenal sebagai Makam Olimpiade. Menggambarkan perlombaan lari, melompat kontes, diskusi, kereta balap, melompati rintangan kayu, berenang, senam, pertempuran bersenjata. Menunjukkan bahwa pria dan wanita Etruscan berdua aktif dan bersaing satu sama lain.

2.2 Romawi Kuno
Republik Romawi (didirikan menyusul kemenangan atas Etruscan di 509 SM) dan Kekaisaran Romawi (didirikan pada 27 SM), Kekaisaran dibagi dalam abad keempat Masehi Western Empire, berpusat di Roma, berlangsung sampai AD 476. Empire Timur, berpusat di Konstantinopel (sekarang Istanbul), berlangsung sampai AD 1453.Kaisar Romawi nero Sangat dipengaruhi oleh budaya Yunani,  diyakini Yunani saja layak kejeniusannya yang menuntut sebuah Olimpiade khusus diadakan untuk menghormatinya.

2.3 Roma dan Yunani: Analisis Budaya
Roma dihargai kecerdasan dan budaya jauh lebih sedikit daripada Yunani berfokus pada praktis dibandingkan estetika. Roma tidak memberikan kontribusi banyak untuk kemajuan filosofis dan ilmiah dibandingkan dengan Yunani, Kebanyakan Romawi tidak berbagi keyakinan Yunani dalam "holistik" pembangunan manusia (arete).

2.4 Keyakinan Roman
Pelatihan militer mengambil diutamakan daripada prestasi intelektual. Agama relatif kurang dan tidak memiliki upacara, misteri, dan kagum.

2.5 Olahraga Roman: Perubahan Selama Waktu
Akhir Republik / Empire era: Kurang tertarik pada kebugaran fisik pribadi. Yunani atletis tidak dihargai militer oleh utilitarian Roma. Roma menjadi bangsa penonton hiburan massa, tontonan, dan pembantaian. Games dan olahraga tidak memfasilitasi pendidikan jasmani seperti yang mereka lakukan di Yunani.

2.6 Roman Sport dan Militer
Militer sangat penting, Pandangan yang terkena pelatihan fisik Pemuda dilatih untuk membuat patuh, tentara disiplin profesi bergengsi. Legiun yang ditakuti di seluruh dunia kuno, Filosofi Stoic didukung sistem militer.



Refrensi:

  1. Powerpoint Binus Maya Human PhilosophicalnReflections 1: Greece and Rome Philosophy, Changing Concepts of Body, and The Games. 




Do it now, sometimes "later" becomes "never"