!-- SCM Music Player http://scmplayer.net --> expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

ASRAMA

ASRAMA
WELCOME!!! Haloo semuanya... Makasi udah mau mampir di blog ini. Nama blog? Kalian pasti tanya-tanya apa sih artinya Asrama? Kenapa blog ini namanya Asrama? Jadi gini nihhh,, Asrama itu sebenernya singkatan dari "Apalah Arti Sebuah Nama yang Penting Kita Bersama". Hehehe Kenapa kita namain seperti itu? Karna tujuan blog ini adalah kebersamaan. Bersama berbagi informasi, pengetahuan dan kasih sayang. Intinya, ntah siapapun nama kita, darimanapun budaya kita, yang penting kita bersama :)

Senin, 27 April 2015

Knowledge, Intelligence, Affection, and Freedom

1. Knowledge 
Pengetahuan tidak bisa dipandang seperti memandang suatu objek yang terdapat di disana, di depan subjek, yang dapat dijangkau oleh tangan manusia. Permasalahan kritis di sini adalah kompleksitas pengetahuan manusia yang sulit dijangkau secara lengkap, utuh, dan paripurna oleh budi manusia yang terbatas.

1.1 Pengetahuan Indrawi Batin
Indrawi batin adalah ketika menampakan dirinya kepada orang dengan ingatan khayalan, baik mengenai apa yang tidak ada lagi aau yang belum pernah ada maupun yang terdapat diluar jangkauannya.   

 1.2 `  Pengetahuan  perseptif
 Penngetahuan perseptif adalah muncul secara spontan, memungkinkan orang untuk menyesuaikan dirinya secara langsung dengan situasi yang disajikan. Pengetahuan dalam arti ini lebih menyatakan dirinya melalui gerakan tangan, tingkah laku, gerakan-gerakan, sikap-sikap, tindakan, serta jerit teriakan, daripada dengan perkataan yang dipikirkan atau dengan keterangan yang jelas.

1.3 Pengetahuan refleksif
Pengetahuan refleksi adalah  ketika pengetahuan itu membuat objektif kodrat dari suatu realitas apa pun juga. Pengungkapannya baik dalam bentuk ide, konsep, definisi, serta putusan-putusan maupun dalam bentuk lambang, mitos, atau karya-karya seni.

1.4 Pengetahuan diskursif

Pengetahuan ini memperhatikan suatu aspek dari benda kemudian suatu aspek yang lain, ketika pengetahuan itu pergi dan datang dari keseluruhan ke bagian-bagian, dan dari bagian-bagian ke keseluruhan. Pengetahuan dalam arti ini lebih menampakkan diri sebagai sesuatu yang datang dari sebab ke akibat dan dari akibat ke sebab, dari prinsip ke konsekuensi dan dari konsekuensi ke prinsip, dan sebagainya. 

1.5 Pengetahuan Intuitif 
Pengetahuan menangkap atau memahami secara langsung benda atau situasi dalam salah satu aspeknya, keseluruhan dalam satu bagian, sebab dalam akibat konsekuensi dalam prinsip, dan sebagainya.

1.6 Jenis-jenis Pengetahuan
a) Induktif adalah bila menarik yang universal dari yang individu.
b) Deduktif adalah bila menarik yang inividual dari yang universal.
c) kontemplatif adalah bila mempertimbangkan benda-benda dalam dirinya dan untuk dirinya sendiri.
d) Spekulatif adalah bila mempertimbangkan benda-benda dalam bayang-bayang dan ide-ide, atau konsep-konsep tentang benda-benda itu.


2. Inteligensi 
Kegiatan dari suatu organisme dalam meneysuaikan diri dengan situasi-situasi, dengan menggunakan kombinasi fungsi-fungsi seperti persepsi, ingatan, konseptual abstraksi, imajinasi, atensi, dan konsentrasi. Inteligensi memiliki tahap-tahapan, yaitu:

2.1 Pengetahuan Tahap  Intelektif
PEngetahuan yang paling rendah atau yang paling sederhana adalah penglihatan atau penanggapan (persepsi). Kegiatan intelektif pada rendah atau sederhana ini umunya digerakkan secara tidak sadar dan prareflektif. persepsi ini, misalnya tampak pada refleksi spontan, prasadar, dan prapribadi.

2.2 Pengetahuan Tahap intelektif
pengetahuan aprehensi (penampakan) yaitu bentuk pengetahuan di mana sudah terdapat kesadaran. meskipun subjek menerima apa yang terjadi pada dirinya secara pasif tanpa diinginkaya.

2.3 Pengetahuan Tahap Insight
Penangkapan intelektual secara mendadak mengenai objek. Melalui tahap ini inteligensi manusia tidak hanya menyadari secara pasif apa yang terjadi. Insight diverifikasikan diterangkan dengan logis dan ilmiah.

2.4 Pengetahuan Tahap Diskursif
Tahap pengetahuan yang semakin kompleks karena berlari ke berbagai arah melalui induksi, deduksi, refleksi, subjektif-objektif, dan sebagainya.


3. Afeksivitas
afektivitas membuat manusia berada secara aktif dalam dunianya serta berpartisipasi dengan orang lain dan dengan peristiwa-peristiwa dunianya. Melalui peranan afektivitaslah, manusia tergerakkan hatinya, keinginannya, dan perasaannya atau ketertarikannya untuk mengamati, mempelajari, dan mengembangkan pengada-pengada aktual di sekitarnya menjadi bagian dari proses keberadaannya. Afektivitas tidak sama dengan pengetahuan, namun menjadi penggerak atau penyebab dan sekaligus akibat dari proses pengetahuan. Cinta (disebut afektivitas positif) atau benci (disebut afektivitas negatif) dapat menjadi dasar penentuan bagi suatu tindakan kognitif. Hal ini tentunya dilakukan melalui suatu dasar penempatan diri yang jelas. Perbuatan afektif mengarahkan manusia untuk dunianya dan membuat manusia berada secara lebih langsung dan lebih intensif bersama dengan hal-hal lain, jadi sejauh lebih bersifat eksistensial. Melalui ini tindakan afektivitas memberikan dasar atau prinsip nilai bagi suatu proses kognitif. Pengalaman-pengalaman afektivitas justru menjadi syarat yang sangat menentukan bagi proses inteligensi manusia. Jadi, untuk mencapai afektivitas, subjek harus berada dalam kondisi dimana subjek akan melahirkan kegiatan afektif. Adapun kondisi-kondisi tersebut ialah:
3.1  Pertama, antara subjek dan objek harus ada ikatan kesamaan atau kesatuan itu sendiri, karena ketika tidak ada kesamaan maka tidak akan ada afektivitas. Sebagai contoh ketika kita berhubungan dengan sebuah objek maka dalam diri objek terdapat sesuatu yang membuat kita tertarik atau menjauhinya, sesuatu yang ada pada diri objek pasti juga ada dalam diri subjek yang akhirnya akan menimbulkan kegiatan afektif baik menerima atau menolak.

3.2 Kedua, nilai (baik dan buruk), dalam kondisi ini, ketika objek dipandang memiliki sebuah nilai maka subjek akan melahirkan kegiatan afektif, karena afektivitas itu sendiri adalah berdasar pada kecintaan akan sesuatu maka subjek pada akhirnya akan melahirkan kegiatan afektif untuk menolak atau menerima.

3.3 Ketiga, sifat dasariah dan kecenderungan kognitif, pada kondisi ini subjek akan dalam melakukan sebuah afektif harus ditunjang dengan sebuah sifat dasariah yang akan mendorong dia untuk lebih cenderung, selera, berkeinginan akan sesuatu yang pada akhirnya akan menimbulkan kegiatan afektif yang ternyata memang sesuai dengan sifat dasariah tersebut.

3.4  Keempat, mengenal adalah kausa dari afektivitas. Dalam proses mengenal subjek akan mengalami kondisi dimana dia harus berusaha mendefinisikan objek yang akan dikenalinya dan ketika definisi tentang objek tersebut telah tercapai maka pada akhirnya akan lahir sebuah keputusan afektif apakah dia harus menyerang, mencintai, mempertahankan diri atau yang lainnya.

3.5  Kelima, imajinasi. Untuk menimbulkan kegiatan afektif maka imajinasi dapat menjadi sebuah pendorong, semangat, mempengaruhi bahkan membohongi. Pengetahuan pertama (baik dari pengalaman atau informasi dari pengenalan) akan melahirkan sebuah deskripsi awal tentang objek, maka dalam kondisi ini subjek akan dipengaruhi untuk bertindak seperti apa yang ia dapat pada pengalaman-pengalaman dan imajinasi yang dia dapatkan terdahulu.


4. Kebebasaan
 Kata kebebasan sering diartikan sebagai suatu keadaan tiadanya penghalang, paksaan, beban atau kewajiban. Seorang manusia disebut bebas kalau perbuatannya tidak mungkin dapat dipaksakan atau ditentukan dari luar. Manusia yang bebas adalah manusia yang memiliki secara sendiri perbuatan-perbuatannya. Kebebasan adalah suatu kondisi tiadanya paksaan pada aktivitas saya. Manusia disebut bebas kalau dia sungguh-sungguh mengambil inisiatif dan bertanggung jawab atas perbuatannya. Dengan demikian kata bebas menunjuk kepada manusia sendiri yang mempunyai kemungkinan untuk memberi arah dan isi kepada perbuatannya.  Hal itu juga berarti bahwa kebebasan mempunyai kaitan yang erat dengan kemampuan internal definitif penentuan diri, pengendalian diri, pengaturan diri dan pengarahan diri.

4.1 “Freedom is self-determination” berdasarkan pengertian itu dapat dikatakan bahwa kebebasan merupakan sesuatu sifat atau ciri khas perbuatan dan kelakuan yang hanya terdapat dalam manusia dan bukan pada binatang atau benda-benda. Kebebasan yang nampak secara sekilas dalam binatang-binatang pada dasarnya bukan kebebasan sejati. Mereka dapat menggerakkan tubuhnya ke mana saja, tetapi semuanya itu sebenarnya bukan berasal dari diri binatang itu sendiri. Gerakan binatang bukanlah hasil dorongan internal diri binatang. Kebebasan mereka adalah kebebasan sebagai produk dorongan-dorongan instingtualnya. Dengan istilah instingtual dimaksudkan tidak adanya peran akal budi dan kehendak. Dalam arti itu sebenarnya di dalam diri binatang-binatang tidak  ada kebebasan.


Refrensi :


 Powerpoint Binus Maya Human Philosophical Reflections 2: Knowledge, Intelligence, Affection, and Freedom



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Do it now, sometimes "later" becomes "never"